Antisipasi Darurat Pangan Tahun 2024, Distanbun Dompu Gerak Cepat

Kategori Berita

.

Antisipasi Darurat Pangan Tahun 2024, Distanbun Dompu Gerak Cepat

Kamis, 30 Mei 2024
Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Dompu, Syahrul Ramadhan SP (dokumentasi topikbidom.com)


Dompu, Topikbidom.com – Dalam rangka mengantispasi darurat pangan akibat El Nino atau yang lebih dikenal dengan sebutan fenomena yang mempengaruhi kondisi cuaca saat ini meningkatkan potensi ancaman pada ketersediaan pangan nasional di wilayah Kabupaten Dompu, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Dompu, dibawah kendali Plt. Kepala Distanbun Dompu, Syahrul Ramadhan SP, melakukan berbagai langkah dan penanganan gerak cepat di Tahun 2024.

 

Plt. Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Dompu, Syahrul Ramadhan, mengatakan pihaknya saat ini tengah difokuskan dengan kegiatan mengantisipasi darurat pangan. Kegiatan ini, pun tidak terlepas dari kerjasama dengan TNI-AD dan lainnya. “Ini titik fokus kami di tahun 2024,” ujarnya, saat dikonfirmasi media Topikbidom.com, Kamis (30/5/2024).

 

Ia, juga menjelaskan tadi dilaksanakan Rapar Koordinasi (Rakor) Teknis percepatan dan pengawasan perluasan areal tanam atau yang lebih dikenal dengan penambahan areal tanam dalam rangka darurat pangan. Alasan dikatakan darurat pangan, itu berdasarkan hasil evaluasi FAO yang menangani urusan pangan karena mengalami El Nino (Iklim yang ekstrim di seluruh dunia) dikhawatirkan estimasi para ilmuan produksi padi hampir tidak sama seperti dulu (kurang).

 

Meski, pun secara lokal (NTB) ini suplai pangan secara Nasional. Akan tetapi, global itu dikhawatirkan. Bahkan, terkadang pembelian beras itu dibatasi. “Ketakutan estimasi seperti itulah yang terjadi. Selain itu, ketersediaan beras di dunia pun kurang (merosot), sehingga mereka memikirkan stok untuk kedepannya,” jelasnya.

 

Syahrul menyebut, kedaulatan pangan itu penting, sehingga perlu fokus untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan lahan marjinal (tidur) atau lahan yang biasanya 0 menjadi 1 kali tanam, dari 1 kali tanam menjadi 2 kali tanam dan 2 kali tanam menjadi 3 kali tanam, untuk digunakan komoditi Padi. “Atau yang dulunya tanam jagung, sekarang jadi tanam padi. Itulah yang kita hajatkan,” terangnya.

 

 

 

Lantas seperti apa langkah penanganannya oleh Pemerintah?  

 

Kata Syahrul, dengan bantuan dan intervensi pemerintah yakni mencanangkan 2 program yakni Pompanisasi dan Irigasi Perpompaan. Pompanisasi, itu syaratnya harus ada air baku seperti yang dikunjungi oleh pihaknya di wilayah Desa Katua. “Kami kemarin keliling di wilayah Kecamatan Dompu, Woja dan lainnya (belum termasuk Pekat), melakukan identifikasi air baku, kira kira dalam kondisi seperti ini masih ada atau tidak ketersediaan air,” jelasnya lagi.

 

Ketersediaan air, nantinya diangkat menggunakan Pompa, di samping ada bor-bor yang dulunya tidak maksimal, itu dibantu dengan pompa sehingga mampu menjangkau air sumur dalam, dangkal dan air baku di areal aliran sungai. Ia, juga menyebut rata – rata daerah aliran sungai saat ini, hampir orang-orang menanam sayur-sayuran, biofarma, tanaman hias dan palawija.

 

“Tapi sekarang dihajatkan untuk komoditi padi. Inilah yang sedang dirancang dan dilakukan ditengah masyarakat dengan melibatkan TNI-AD, termasuk Polri selaku satgas pangan dan APH serta APIP. Alasannya, karena sifatnya darurat, kami juga tidak ingin kerja menabrak rambu-rambu. Itulah dibutuhkan kolaborasi semua pihak,” terangnya lagi.

 

Syahrul menyebut, program antisipasi darurat pangan itu bersumber (milik) Pemerintah Pusat dan Provinsi. Pemerintah daerah, hanya menerima bantuan dalam bentuk barang Pompanisasi. “Kita terima bantuan pompa dan kita optimalkan pemanfaatan air baku yang ada sepanjang daerah aliran sungai atau irigasi perpompaan yang diangkat airnya untuk mengairi lahan yang selama ini tidak digunakan untuk menanam atau yang selama ini tanaman keduanya palawija, langsung ditanam komoditi Padi,” katanya.

 

Dengan bantuan Pompanisasi dan pemanfaatan air itu, orang – orang digerakkan untuk menanam Padi atau yang biasa dikenal dengan sebutan Membumingkan tanaman Padi. Mengenai caranya yakni pemerintah tidak tinggal diam, termasuk pada kepemimpinan AKJ-SYAH (Bupati dan Wakil Bupati Dompu). “Kami dari dinas teknis, jika pada saat ini memungkinkan harga padi, gabah dan beras, itu tinggi. Kenapa tidak kita menyarankan petani untuk tanam padi di luar musim. Ketika orang dominan tanam jagung, sebagian harus tanam Padi sehingga mengimbangi mengenai harga jual,” paparnya.

 

Syahrul, juga menceritakan dirinya selain ASN, juga melakukan aktivitas menanam di lahan pertanian miliknya. Tempo dulu, dirinya pernah tanam jagung di luar musim dan hasil penjualannya tembus di harga Rp.9 ribu perkilo. Kenapa harganya tinggi karena saat itu orang belum menanam jagung. “Pada saat musim tanam pertama kemarin saya tanam jagung, hasilnya tinggi dan luar biasa,” katanya lagi.

 

Berdasarkan hal itu tambah Syahrul, dengan program ada dampak atau efek dari domino dari kegiatan darurat pangan, disamping mengantisipasi kekurangan pangan ditengah iklim ekstrim yang panjang, maka diharapkan ketersediaan pangan stoknya harus tetap ada. “Dulu kita terkenal dengan swasembada beras, maka kita kembalikan pola itu dengan cara gerakan menanam padi dengan optimalkan lahan lahan marjinal dengan bantuan pompanisasi menggunakan air baku,” paparnya lagi.

 

Perlu diketahui juga, ada syarat untuk menunjang optimalisasi pemanfaatan pompanisasi yakni harus ada air baku atau ada sumber air. Sedangkan, persyaratan untuk mendapatkan bantuan pompanisasi yaitu minimal kelompok yang terdaftar dalam sistem dengan luas lahan minimal 10 hektar. Begitu juga dengan irigasi perpompaan, itu berikan rumah pompa, termasuk ada bak penampung, dimana airnya nanti dibagi. Bisa juga dibuatkan jaringan interkoneksi seperti di Kandai Dua, asalkan sawahnya dialiri air.

 

Dengan adanya Pompanisasi ini, sekarang sudah tersentuh sekitar 20 Hektar dengan rincian 15 hektar menanam Padi dan sisanya (5 hektar) menanam jagung dengan bantuan Pompa yang bersumber dari swadaya tempo dulu, sembari menunggu datangnya bantuan pompanisasi dan lainnya di tahun 2024 ini. “Bantuan berupa pompanisasi itu sudah pasti akan ada untuk Dompu. Mengenai data kelompok, itu sudah melalui sistem (aplikasi),” jelasnya lagi.

 

Lantas, seperti apa perkembangan kegiatan menyambut program bantuan pompanisasi tersebut?

 

Sambung Syahrul, semua langkah dan proses hampir setengah jalan alias administrasi dan pemberkasan, bahkan pihaknya juga sudah mengirim Penetapan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL). “Kalau tidak ada revisi ditingkat pusat, maka pusat akan segera mengirim bantuan Pompanisasi itu. Bantuan ini, tidak boleh digunakan untuk komoditi yang lain, selain Padi. Artinya, fokus dulu pada keberhasilan menanam padi (antisipasi darurat pangan), baru yang lain,” terangnya lagi.

 

Diakhir penyampaiannya, Syahrul juga menjelaskan bahwa dirinya baru saja selesai pimpin rapat dengan PJ darurat pangan dari Kementerian dan LO-nya dari provinsi termasuk PPK-nya dari Dinas Pertanian Provinsi NTB bersama Dandim 1614/Dompu yang tadi diwakili oleh Kasdim 1614/Dompu. “Mensukseskan program antisipasi darurat pangan perlu keterlibatan semua pihak untuk bersama sama menggerakkan petani agar menanam Padi, agar Indonesia khususnya Kabupaten Dompu, tidak mengalami krisis pangan,” tandasnya. RUL/ADVERTORIAL