Dompu,
Topikbidom.com - Hijauan merupakan pakan pokok untuk ternak ruminansia.
Umumnya, hijauan berasal dari tanaman rumput dan kacang-kacangan. Kekurangan
hijauan makanan ternak setiap tahun, terutama pada musim kemarau merupakan
masalah yang harus dipecahkan.
Peningkatan
produksi hijauan makanan ternak dibatasi oleh kecendrungan makin sempitnya
lahan akibat jumlah penduduk yang selalu bertambah dan perluasan lahan
pertanian. Untuk itu, pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak dapat
menjadi solusi masalah tersebut.
Hal ini, diungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan) Kabupaten Dompu, Muhammad Abduh SE, M.Si "Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan sebagai pakan ternak adalah jerami padi. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan karena selalu dibakar setelah proses pemanenan," ujarnya, Senin (09/09/2024).
Produksi
jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton jerami segar per-hektar
satu kali panen, atau 4-5 ton jerami kering per-hektar tergantung pada lokasi dan jenis varietas
tanaman yang digunakan. "Jerami padi sangat penting artinya untuk
dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya sapi potong, kambing
dan domba," jelasnya.
Meski
demikian, jerami padi mutunya rendah karena mengandung serat kasar dan silikat
yang tinggi. Bahkan, kadar protein dan daya cernanya rendah. Namun, untuk
meningkatkan mutu jerami padi, perlu dilakukan proses fermentasi dengan
menggunakan urea dan probiotik.
"Probiotik
adalah campuran berbagai mikro organisme yang berguna untuk mempercepat proses
pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh ternak,"
paparnya.
Pembuatan
fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang terlindung dari hujan dan sinar
matahari langsung. Kapasitas 10 ton dapat dibuat bangunan dengan ukuran 4 x 5
meter. Lantai dasar, dapat dibuat dari semen atau tanah yang dipadatkan dan
ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa didinding. "Bahan bangunan
menggunakan kayu atau bambu dan untuk atap dapat berupa seng atau bahan yang
tersedia di tempat dengan jarak lantai ke atap 3 meter," terangnya.
Proses
fermentasi, dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap fermentasi dan pengeringan.
Tahap pertama, jerami padi yang baru dipanen dengan kadar air 65 persen,
kemudian ditumpuk ditempat yang telah disediakan dengan ketinggian 20 meter. Taburi
urea dan probiotik secara merata dengan takaran masing-masing 2.5 kilo gram
untuk setiap 1 ton jerami padi. Tambahkan lagi, timbunan jerami padi setebal 20
cm lalu taburi lagi urea dan probiotik secara merata. "Demikian seterusnya
sampai tumbukan jerami padi mencapai 1-2 meter tutup Plastik, diamkan selama 14
hari, agar proses fermentasi berlangsung secara sempurna," paparnya lagi.
Selanjutnya,
untuk tahap kedua tumpukan jerami padi yang telah mengalami proses fermentasi,
diangin-anginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada tempat terlindung
dari hujan dan sinar matahari langsung. Setelah kering, jerami fermentasi dapat
diberikan kepada sapi sebagai pakan pengganti rumput segar. Ia menyebut, hasil
fermentasi jerami yang baik ditandai dengan ciri-ciri yakni Baunya agak harum,
warnanya kuning agak kecoklatan, Teksturnya lemas(tidak kaku), tidak busuk dan
tidak berjamur.
Pemberian pada
ternak, Jerami padi yang difermentasi dijadikan sebagai pakan berserat utama
untuk ternak sapi, diberikan sebanyak 6-8 kilo gram (per-ekor - per-hari).
Sedangkan, pakan konsentrat diberikan sebanyak 1 persen dari berat badan."Formula
ransum pakan konsentrat dapat disesuaikan dengan bahan yang ada ditempat, salah
satu contoh formula ransum pakan konsentrat adalah 50 persen dedak, 22 persen
jagung halus dan 18 persen bungkil
kelapa, 5 persen tepung ikan, 4 persen mineral dan 1 persen garam,"
tandasnya Advertorial