Optimalisasi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Menurut Awaluddin (Bagian 7)

Kategori Berita

.

Optimalisasi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Menurut Awaluddin (Bagian 7)

Minggu, 08 September 2024


Dompu, Topikbidom.com - - Fungsional Perencana Ahli Muda Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Dompu Awaluddin S.Pt, mengatakan persoalan yang mendasar yang dihadapi dalam pengembangan ternak sapi di kabupaten, disebabkan karena pemeliharaan ternak Sapi bagi masyarakat bukan merupakan usaha pokok, tapi hanya sebagai usaha sambilan disamping bertani.

Disamping itu, pemeliharaan ternak sapi masih dikelola secara individu dan dalam skala kecil. Kondisi yang demikian menyebabkan pemanfaatan Sumberdaya yang dimiliki belum secara optimal. Dimana, pemeliharaan ternak masih secara Individu dan Tradisional. Pemeliharaan ternak sapi bagi masyarakat di Kabupaten Dompu adalah sudah menjadi tradisi atau turun temurun. Namun kegiatan usaha ini masih dilakukan secara tradisional, dimana system pemeliharaan ternak dengan cara dilepas dan dibiarkan untuk mencari makan sendiri dan jarang adanya campur tangan dari petaninya sendiri.

 

“Kondisi disebabkan karena usahatani ternak sapi adalah masih bersifat sebagai usaha sambilan, sementara usaha pokoknya adalah usahatani, serta masih dilakukan secara individu dan dalam jumlah skala kecil,” ujarnya, Senin (09/09/2024).

 

Kondisi ini menyebabkan perhatian petani terhadap ternak sangat kurang. Kondisi inilah yang menyebabkan produktifitas dan produksi ternak sangat rendah. Dimana dengan kondisi pengembangan ternak yang ada sekarang produksi dan produktifitas ternak sangat rendah. Berat badan ternak sapi hanya berkisar antara 150 kg/perekor s.d. 200 kg./ekor. Disamping itu tingkat kelahiran ternak hanya mencapai 5 % pertahun. Disamping itu tingkat kematian pedet masih cukup tinggi yaitu sampai 14 %.

 

“Optimalisasi pemanfaatan pakan hasil sisa pertanian dan perkebunan masih rendah. Sistem pemeliharan ternak yang dilakukan oleh peternak masih sebagai usaha sambilan, maka kondisi menyebabkan perhatian petani ternak terhadap ternak sangat kurang, khusus dalam pemberian pakan pada ternak, karena system pemeliharaannya adalah dengan cara dilepas sehingga ternak mencari sendiri makanannya,” jelasnya.

 

Kalau kondisi ini terjadi pada daerah pelepasan ternak atau padang pengembangan masih tersedia rumput terutama pada musim hujan tetapi pada musim kemarau ketersediaan pakan berkurang. Sementara pada daerah pertanian dimana kita ketahui bahwa limbah pertanian senbagai salah satu sumber pakan ternak belum dimanfaatkan secara maksimal. Jumlah limbah pertanian yang dihasilkan setiap tahun adalah sebanyak 704.230 ton/ha/thn dan baru dimanfaatkan sebagai pakan adalah sebanyak 349.466 ton/ha/th. Sedangkan pada daerah pertanian, ternak juga dibiarkan untuk mencari makan sendiri.

 

Kondisi ini menyebabkan perhatian petani terhadap ternak sangat kurang. Kondisi inilah yang menyebabkan produktifitas dan produksi ternak sangat rendah. Dimana dengan kondisi pengembangan ternak yang ada sekarang produksi dan produktifitas ternak sangat rendah,berat badan ternak sapi hanya berkisar antara 150 kg/perekor s.d. 200 kg./ekor. ODisamping itu tingkat kelahiran ternak hanya mencapai 5 % pertahun. Disamping itu tingkat kematian pedet masih cukup tinggi yaitu sampai 14 %.

 

“Keterbatasan peternak dalam permodalan, pengetahuan dan ketrampilan, akses teknologi dan akses pasar. Usaha pengembangan ternak sapi di kabupaten dompu masih dalam skala kecil dan hanya sebagai usaha sambilan sementara usaha pokoknya adalah usahatani. Dan usaha ternaknya masih dilakukan dalam skala kecil dan individu kondisi lah yang menyebabkan akses terhadap permodalan, pengetahuan dan ketrampilan serta akses teknologi dan akses pasar sangat renda,” terangnya. Advertorial