Dompu, Topikbidom.com - Jajaran Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Dompu, sampai saat ini terus berbenah dan meningkatkan pelayanan terhadap para pasien.
Mewujudkan capaian ini, RSUD tetap terbuka dalam menerima dan masukan mengenai pelayanan. Salah satunya, pelayanan di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dompu yang sampai saat ini terus memaksimalkan peran dan tugasnya.
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Dompu, Dewi Laila Mahligai Putri S.St, M.Kes, melalui dr. Nugrah Ramadhan (penanggung jawab pelayanan IGD) menjelaskan sampai saat IGD tetap melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) RSUD Dompu. "Alhamdulillah, pelayanan yang kami berikan tetap sesuai dengan SOP," ungkap dr. Nugrah didampingi Kepala Ruangan IGD RSUD Dompu Amiruddin S.Kep Ns, saat dikonfirmasi media ini, Kamis (25/5/2023).
Seperti apa sih SOP pelayanan Pasien di IGD?
Nugrah menjelaskan, pelayanan IGD mengacu pada triase (triage) yang artinya sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memperoleh penanganan medis terlebih dulu di Instalasi Gawat Darurat (IGD) berdasarkan tingkat keparahan kondisinya.
Triage ini, dibagi menjadi beberapa zona sesuai dengan warna yakni Merah, Kuning, Hijau dan warna Hitam. Dimana, untuk warna MERAH itu merupakan pelayanan prioritas utama pengobatan dengan kondisi penyakit (luka) memerlukan pengobatan dengan segera karena dalam kondisi yang sangat kritis yaitu tersumbatnya jalan napas, dipsneu, pendarahan, syok dan hilang kesadaran.
Katagori warna KUNING adalah katagori Pengobatan dan Observasi dengan kondisi penyakit atau luka tanda-tanda vital stabil dan pengobatan dapat ditunda beberapa waktu dan tidak mengancam nyawa. Selanjutnya warna HIJAU adalah katagori ringan dengan kondisi penyakit atau luka mayoritas korban luka yang dapat berjalan sendiri dan mereka dapat melakukan rawat jalan.
Sedangkan, warna HITAM adalah katagori meninggal atau tidak dapat diselamatkan (pasien yang sudah meninggal atau tanda - tanda harapan hidupnya tipis). "Itulah penjelasan mengenai Triage di RSUD Dompu ini," jelasnya.
Lantas dari sejumlah katagori itu, pasien apa yang mendominasi yang sering kali dilayani IGD RSUD Dompu?
Lanjut dr. Nugrah, pasien yang mendominasi yakni katagori warna Kuning dan Hijau. Sementara, warna Merah dan Hitam hanya beberapa persen saja. "Dalam 1 hari (1x24 jam) IGD menangani jumlah pasien mencapai 60 sampai 100 lebih orang perharinya," ungkapnya lagi.
Lantas apa kendala yang dihadapi pihak IGD RSUD Dompu, selama ini?
Diakui dr. Nugrah, mohon maaf sebelumnya, selama ini tantangan terbesar adalah minimnya kesadaran para keluarga pasien tentang Triage IGD RSUD, sehingga mengakibatkan pihaknya kadang mendapat perlakuan tidak baik, khususnya perilaku dan perkataan yang dilontarkan para keluarga pasien.
Mestinya keluarga pasien memahami kategori pasien yang dilayani khususnya yang warna Kuning dan Hijau. Dimana, pelayanan yang mestinya bisa ditunda karena mengutamakan pengobatan untuk pasien kategori warna Merah.
"Tapi terkadang keluarga pasien kategori Kuning dan Hijau merasa keberatan (tidak bersabar) sehingga kami kerap mendapatkan serangan secara verbal, bahkan fisik dari para keluarga pasien," bebernya.
Ia, juga menjelaskan masalah lainnya yang membuat pihaknya kewalahan ketika terjadi penumpukan jumlah (full) pasien di IGD yang katagori warna Kuning dan Hijau, padahal pihaknya harus mengutamakan pelayanan pasien dengan katagori warna Merah. "Inilah yang kerap kami rasakan selama melayani masyarakat dan pasien di IGD," bebernya lagi.
Lantas solusi apa yang diperlukan IGD RSUD, agar kendala ini bisa teratasi?
Sambung dr. Nugrah, ada baiknya pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan (Dikes) dan Puskesmas serta ditingkat bawah, memberikan sosialisasi dan menyakinkan masyarakat di masing-masing wilayah agar pasien dengan kategori Kuning dan Hijau, bisa ditangani lebih awal di Puskesmas.
Tapi kenyataannya, keluarga pasien mungkin dengan kepanikan terhadap kondisi pasien, langsung membawa ke RSUD, sehingga mengakibatkan jumlah pasien menumpuk di RSUD (Overload).
"Apalagi pasca adanya ambulance desa, keluarga pasien langsung membawa pasien di RSUD, seharusnya bisa ditangani lebih dulu oleh Puskesmas, atau ketika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan 1 dan 2, kami berharap ada pendampingan oleh tenaga Nakes di Desa atau lingkungan setempat, terangnya.
Menurutnya, jika ditangani lebih awal di Puskesmas, mengurangi persoalan penumpukan dan memaksimalkan pelayanan terhadap pasien di IGD.
Belum lagi, ketika dihadapkan oleh perilaku kasar dari keluarga pasien hanya karena persoalan sepele, misalnya ketika ditanyai identitas pasien (kartu BPJS-nya) beberapa kali pihaknya dihadapkan pada pasien yang marah-marah. Padahal, indentitas pasien sangat penting untuk mempermudah proses SOP dan identifikasi (SOAP) pasien. "Inilah yang sering kami rasakan," terangnya lagi.
Senada dengan penjelasan Kepala Ruangan IGD RSUD Dompu Amiruddin S.Kep Ns, pada media ini juga membenarkan kondisi yang dialami IGD RSUD Dompu, selama ini. Begitu juga, minimnya kesadaran masyarakat (keluarga pasien) terhadap SOP IGD. "Iya benar pak, seperti itu yang kami rasakan selama ini," ungkapnya.
Menurut beliau, kendala yang dirasakan pihak IGD RSUD bisa teratasi, jika Dikes dan jajaran Puskesmas, bila perlu melibatkan Perawat dan Bidan desa dan Pemerintah Desa (Pemdes), agar melakukan sosialisasi secara intens dan memberikan keyakinan kepada masyarakat di masing-masing wilayah tentang fasilitas pelayanan di Puskesmas, sehingga jika ada masyarakat yang sakit dengan katagori warna Kuning dan Hijau, bisa dibawa dan ditangani lebih awal di Puskesmas.
"Kalau hal ini diterapkan bisa mempermudah RSUD Dompu dalam melakukan pelayanan tanpa dihadapkan oleh penumpukan (overload) jumlah pasien," jelasnya.
Tapi, kenyataannya masyarakat malah langsung membawa keluarganya yang sakit langsung ke RSUD. Apalagi, semenjak adanya Ambulance desa. Beberapa kali masyarakat di wilayah Kecamatan Pekat, dan Manggelewa membawa pasien yang masuk kategori Hijau dan kuning, langsung ke RSUD Dompu, setahu pihaknya di Kecamatan Manggelewa ada RSUD Manggelewa, RSUD dengan tipe D, bisa mengcover pelayanan kesehatan di 4 Kecamatan wilayah barat Dompu. Kilo, Pekat, Kempo dan Manggelewa itu sendiri.
"Persoalan ini sebaiknya kita sadari bersama dan memerlukan peran aktif Dikes, Puskesmas dan Pemerintah Desa khususnya dalam memberikan sosialisasi tentang pelayanan kesehatan, termasuk SOP kesehatan," terangnya.
Diakui Amiruddin, selama ini pihaknya selaku petugas di IGD RSUD Dompu, beberapa kali dihadapkan dengan perlakuan tidak menyenangkan, termasuk melalui sikap dan tutur kata yang mereka lontarkan akibat tidak paham terhadap SOP IGD.
"Perjuangan dan keberhasilan kami selama ini dalam menyembuhkan pasien yang sudah mendapatkan penanganan medis di IGD terkadang dilupakan dan tertutupi oleh sikap serta tutur kata keluarga pasien yang merasa kurang puas dengan pelayanan karena kurangnya pemahaman terhadap SOP Triase dan keadaan IGD yang selalu Overload, apalagi musim Pancaroba saat ini.
"Tapi kami tetap mengingatkan kepada seluruh petugas jaga agar tetap berusaha sabar dan memberikan pemahaman dengan melakukan KIE, memberikan informasi secara persuasif dan humanis.
Meskipun terkadang manusiawi, ada dari petugas pihaknya karena tingkat stressor yang tinggi, penumpukan pasien yang selalu terjadi di IGD, terkadang muncul kegaduhan antara petugas dan keluarga pasien kami. "Mohon dimaklumi," harapnya.
Pihaknya, selama ini sudah sangat berupaya maksimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Maka itu, mengatasi masalah ini pihaknya sangat berharap adanya peran serius dari pihak Dikes dan Puskesmas serta Pemdes di masing-masing wilayah. "Ini yang sangat kami harapkan," tuturnya.
Sepengetahuan Amiruddin, fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan lainnya, itu juga sangat mampu untuk menangani pasien dengan katagori Kuning dan Hijau, tanpa harus dibawa di RSUD Dompu.
Bahkan, untuk mempermudah pelayanan IGD RSUD, masyarakat juga perlu mengetahui adanya fasilitas Publik Service Center (PSC) 119 yang berlokasi di tempat Puskesmas Dompu Kota yang lama.
Mereka (PSC 119), selain memiliki 2 unit ambulance dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat luar biasa dan mendukung, juga didukung oleh SDM yang memadai. "Ini juga yang perlu diketahui oleh masyarakat jika ada membutuhkan pertolongan awal untuk keluarganya yang mengalami kecelakaan dan lainnya.
"Peran PSC selama ini sangat membantu pelayanan IGD RSUD, khususnya mengenai tingkat koordinasi terhadap identitas dan lainnya tentang pasien yang akan dibawa ke RSUD," terangnya lagi.
Semoga, kedepannya ada wadah integral antara Ambulance Desa, PSC 119, PKM dan RSUD, untuk memperkuat koordinasi antar lini, guna mempercepat penanganan kedaruratan.
Lebih jauh, Amiruddin berharap semoga kedepan seluruh masyarakat Dompu dan lainnya, memahami dan paham terhadap SOP IGD RSUD Dompu. "Ini sangat kami harapkan untuk mempermudah pelayanan di IGD," tuturnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Dr. Diaz Indarko. MPPM melalui Kasubag Humas Muhammad Iradat S.Gz, pada media ini juga membenarkan apa yang dialami pihak IGD RSUD Dompu. "Iya benar dan itulah yang dirasakan oleh mereka (pihak IGD) selama ini," ungkapnya.
Semoga, kedepannya ada perubahan khususnya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap SOP IGD RSUD Dompu. "Ini yang sama - sama kita harapkan," katanya.
Meski kondisinya seperti itu, pihaknya selaku RSUD Dompu, juga tetap menerima masukan dari siapapun, termasuk mengenai peningkatan pelayanan di RSUD.
Ia menyebut, tiada gading yang tak retak. Pihaknya, menyadari selama ini memang jajaran RSUD, berjuang sekuat tenaga memberikan pelayanan prima. Namun, jika dijumpai hal-hal yang kurang berkenan, mohon dimaafkan dan dimaklumi.
"Bagaimanapun tantangan yang kami hadapi selama ini, kami sangat terbuka terhadap masukan dan kritikan terhadap pelayanan petugas kami di garda terdepan pelayanan di seluruh unit pelayanan dan keperawatan, khususnya di IGD RSUD Dompu. Terimakasih banyak atas kepercayaan, permakluman dan kerjasama masyarakat terhadap pelayanan RSUD Dompu," ucapnya. RUL/*