Dompu, Topikbidom.com
– Keluarga berkualitas akan mampu diwujudkan, apabila masing-masing keluarga
memiliki ketahanan keluarga yang tinggi dan akan tercipta apabila masing-masing
keluarga dapat melaksanakan fungsi-fungsi kelaurga secara serasi, selarasa dan
seimbang.
“Langkah yang harus
dilakukan untuk memiliki ketahanan keluarga yakni menerapkan fungsi keagamaan,
sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan
pendidian, ekonomi serta pembinaan lingkungan,” ujar Kepala
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Dompu, Hj
Iris Juwita Kastianti, SKM.M.MKes.
Ia, juga menjelaskan
dukungan orang tua kepada buah hatinya dalam pengasuhan, khsusnya terkait
dengan pendidikan anak dan pola asuh yang digunakan orang tua dalam mendidik
anak. Sebab, orang tua sangat berperan dalam pengasuhan buah hatinya.
“Pengasuhan adalah proses mendidik, mengajarkan dan mencontohkan karakter,
kontrol diri, sekaligus pembentukan tingkah laku yang diterapkan orang tua pada
anak secara konsisten dari waktu ke waktu,” paparnya.
Lantas, apa perbedaan
pola (gaya) pengasuhan itu?
Tambah Iris, otoriter
merupakan gaya menerapkan peraturan yang ketatk dan memaksa anak untuk
mematuhinya. Kalau anak tidak patuh, maka ia dihukum. Hukuman fisik dianggap
sah-sah saja. Permisif, dimana orang tua selalu menuruti keinginan anak dan
cenderung membiarkan anak berbuat semaunya. Mereka menganggap hal itu adalah
wujud rasa sayang tanpa menyadari hal itu, justru bisa menjerumuskan anak,
membuat anak cenderung egois dan tidak mampu mengontrol diri.
Demokratis, dimana
orang tua yang demokratis merupakan daya pengasuhan yang menghargai kepentingan
anak, tetapi juga menekankan pada kemampuan untuk mengikuti aturan. “Selain
itu, juga diabaikan. Dimana, orang tua dengan pola asuh ini mengabikan
keberadaan anak, bahkan menunjukkan ketidakperdulian terhadap anak. Mereka
tidak mengambil tanggungjawab pengasuhan dan tidak menetapkan aturan-aturan,”
tandasnya. ($)