Program Porang Diduga Gagal, Kejari dan Kajati Diminta Periksa Penggunaan Anggaran Mencapai Miliaran

Kategori Berita

.

Program Porang Diduga Gagal, Kejari dan Kajati Diminta Periksa Penggunaan Anggaran Mencapai Miliaran

Selasa, 02 Juli 2024

 

Inilah Porang yang didapatkan di lokasi kawasan Hutan Tambora, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu Tahun 2024

Dompu, Topikbidom.com - Budidaya tanaman Porang yang menjadi salah satu program unggulan Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu (Jagung, Porang, Sapi, Padi dan Ikan/Porang), nampaknya mengalami kegagalan yang sangat luar biasa. 


Tanaman Porang yang menghabiskan anggaran APBD mencapai Miliaran termasuk untuk pengadaan bibit Porang ini, terkesan tidak menunjukan hasil yang maksimal sesuai dengan apa yang ditargetkan. 


Kondisi ini, memunculkan pertanyaan publik seperti apa laporan penggunaan anggaran budidaya tanaman Porang dan realisasi produksi Porang. Selain itu, publik juga meminta agar Kejaksaan Negeri (Kejari) Dompu dan Kejaksaan Tinggi (Kajati) NTB, segera mengaudit anggaran Porang yang mencapai Miliaran tersebut. 


Salah satunya, Pemuda Kabupaten Dompu, Arif Rahman. Pada media ini, Arif mempertanyakan penggunaan anggaran budidaya tanaman Porang mencapai Miliaran. 


Sepengetahuannya, Pemerintah Daerah sebelumnya mengalokasikan anggaran mencapai Miliaran untuk pengadaan bibit dan biaya perawatan tanaman Porang. Namun, sayangnya realisasi terhadap program Porang jauh dari ekspektasi atau diduga menjadi program gagal. 


Ia menyebut, berdasarkan hasil investigasi di lapangan banyak kelompok tani khususnya di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, mengaku tidak pernah mendapatkan bibit Porang dari pemerintah. 


Mereka (petani) tempo dulu, membeli sendiri bibit Porang, bahkan Petani mencari sendiri bibit Porang yang tumbuh liar di kawasan Hutan Tambora. "Ini memunculkan pertanyaan kemana pengadaan bibit Porang yang dilakukan pemerintah," ungkapnya. 


Parahnya lagi, budidaya tanaman Porang yang dilakukan secara swadaya oleh petani khususnya di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, mengalami kegagalan alias modal yang dikeluarkan terbuang percuma. 


Hal ini, disebabkan oleh beberapa tahun sebelumnya harga Porang tidak hanya tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan, akan tetapi juga minimnya pasar (perusahaan) yang membeli hasil panen Porang. 


"Kasihan para petani Porang harus mengalami kerugian yang sangat memperhatikan," bebernya. 


Lantas, apakah saat ini (tahun ini) tidak ada perusahaan yang berminat membeli hasil Panen Porang di Kabupaten Dompu?


Arif tidak menampik jika saat ini, sejumlah perusahaan melalui orang orangnya mencari dan membeli Porang di sejumlah wilayah di Kabupaten Dompu. Bahkan, harganya pun terbilang tinggi melebihi harga jagung perkilonya. 


"Iya benar, saat ini banyak peminat Porang di Dompu. Bahkan harga belinya sangat tinggi. Tapi meski harga tinggi, petani kesulitan mencari tanaman Porang (kesulitan mencari jejak tanaman Porang) akibat tunas Porang tidak muncul dipermukaan," terangnya. 


Perlu diketahui tambah Arif, pada tahun tahun sebelumnya Petani Porang khususnya di Kecamatan Pekat, melakukan penanaman Porang dengan cara menanam di sela sela tanaman lain. 


Namun, sejak tahun itu karena tidak adanya pasar yang membeli hasil Porang, para petani lebih memilih untuk membiarkan tanaman Porang begitu saja tanpa dirawat dan memilih untuk menanam tanaman lain khususnya Jagung. 


"Karena itulah alasan petani melakukan semprot mati tanaman porang di lahan mereka untuk kepentingan menanam jagung. Tapi tahun ini tiba tiba ada pembeli Porang dengan harga tinggi. Tapi petani kesulitan mencari jejak Porang yang ditanam. Wajarlah harga tinggi karena petani sangat susah mencari dan menggali tanaman Porang yang ditanam," ungkapnya lagi. 


Berangkat dari kondisi ini sambung Arif, artinya Porang yang menjadi salah satu program unggulan pemerintah daerah, telah gagal dan merugikan petani. 


"Inilah alasan kenapa saya selaku pemuda di Kabupaten Dompu meminta Kejari Dompu dan Kejati NTB, agar memeriksa kucuran anggaran di Pemerintah Daerah yang digunakan untuk Porang. Setahu saya tempo dulu anggaran sangat besar dan mencapai Miliaran," terangnya lagi. 


Arif, juga menduga Bibit Porang yan g merupakan hasil pengadaan pemerintah daerah, itu bukan bersumber dari Jawa seperti informasi dilangsir dari media, tapi diduga bibit yang didapatkan dari hasil pengambilan bibit Porang pada tanaman Porang yang tumbuh secara liar di dalam kawasan Hutan khususnya di Tambora, Kecamatan Pekat. "Ini juga dugaan saya," katanya. 


Disela waktu, salah satu Petani Porang di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Irwan, pada media ini membenarkan dirinya mengalami kerugian budidaya tanaman Porang. Kerugiannya, pun mencapai Puluhan Juta untuk membeli bibit Porang yang terbilang mahal. 


Bahkan, pada saat memasuki panen tanaman Porang-nya, itu tidak ada pasar atau pembeli yang berminat untuk membeli hasil tanaman tersebut. 


"Tempo dulu pembeli Porang sangat jarangnya. Kalau pun ada  ada yang mau beli tapi harganya Rp. 500 sampai Rp.1000 perkilonya. Kami pun saat itu kecewa dan tidak lagi mau menanam Porang," ujarnya. 


Lantas apakah tempo dulu anda selaku petani tidak pernah mendapatkan bantuan bibit Porang dari Pemerintah Daerah?


Irwan mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan bibit dari pemerintah daerah. Sebaliknya, bibit Porang tempo dulu itu dibeli langsung secara swadaya oleh dirinya. "Tahun dulu kami mengalami kerugian, padahal modal untuk tanam Porang sangat besar. Termasuk untuk membeli bibit Porang," jelasnya. 


Lantas, apakah saat ini anda tidak mengetahui bahwa di ada perusahaan (orang orang) yang membeli Porang dengan harga  tinggi (Rp.5000 ribu perkilo) di Kabupaten Dompu?


Irwan mengakui mendapat informasi itu, hanya saja untuk saat ini sangat sulit untuk mencari keberadaan tanaman Porang, mengingat pohonnya banyak yang mati akibat disemprot oleh petani karena mereka memilih untuk menanam tanaman lain, khususnya Jagung. 


"Wajarlah harga saat ini sangat mahal, bahkan mencapai Rp.5000 perkilonya karena Porang sulit di cari dan tidak diketahui jejak tanamannya (tidak ada atau telah mati pohonnya). Sebab, di lahan petani. sudah ditanami tanaman lain," terangnya. 


BACA JUGA: Distanbun Dompu Kembali Jelaskan Progres Program Porang


Plt. Kepala Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Dompu Syahrul Ramadhan SP, dihubungi media ini melalui via telepon, guna dikonfirmasi mengenai program Porang, hanya menjelaskan bahwa dirinya saat ini tengah mendampingi Wakil Bupati Dompu diluar daerah dalam rangka tugas. "Saya lagi di luar daerah bersama pak Wabup," jelasnya. 


Sementara itu, sampai berita ini diunggah Kejaksaan Negeri (Kejari) Dompu, belum berhasil dikonfirmasi. RUL